Ayat demi ayat yang dilalui dengan tadabbur, memberikan banyak ma'ani yang semakin memperkuat rasa dalam diri untuk meningkatkan rasa keimanan, untuk memahami lebih dalam lagi tabiat dakwah. Dalam kesempatan ini ana akan coba menuangkan hasil tadabur ana secara ringkas dari beberapa ayat dalam surat Al-Anfal. Diantara bebarapa pelajaran yang ana dapatkan dari tadabbur ini sebagai berikut:
Surat ini di awali dengan kata يَسْأَلُونَكَ "Mereka bertanya padamu wahai Muhammad" Ayat ini memberikan sebuah pelajaran, diantaranya:
Bertanya tentang sebuah ilmu dan pengetahuan adalah sebuah anjuran dan keharusan. Sedangkan bagi orang yang ditanya tentang sebuah ilmu hendaklah menjawab dengan tidak meremehkan. Apalagi dalam sebuah urusan dakwah yang besar, sesungguhnya perjalanan dakwah dan harokah penuh dengan permasalahan, rintangan, serta musuh yang selalu meniupkan syubhat dan keraguan, penggelapan tentang kemurnian islam dan dakwah. Untuk menghadapi itu semua tidaklah bisa dengan mudah kecuali bertanya dan melakukan dialog dengan mereka yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam jalan dakwah dan harokah. Mengambil dari apa yang telah mereka dapatkan selama melakukan tarbiyah dan tanzhim serta bersentuhan langsung secara terus menerus dengan dakwah dan dalam masa yang lama.
Pelajaran selanjutnya dari ayat وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ "Perbaikilah hubungan diantara sesamu". Dalam hubungannya dengan haraokah adalah : Sesungguhnya memperbaiki hubungan diantara pelaku dakwah (amilin) adalah sebuah keharusan untuk memperkuat kesatuan shof dakwah sehingga menjadi seperti bangunan yang kokoh, karena sesungguhnya kesatuan shof adalah sebuah syarat keberhasilan dakwah untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Sedangkan ketatan pada Allah dan Rosul-Nya adalah sebuah sifat utama yang dituntut dalam setiap hal dan setiap waktu, dengan tidak melanggar batasan-batasan Allah.
Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang paling butuh untuk menyempurnakan sifat-sifat keimanan dari seorang pelaku dakwah itu sendiri, dengan itu Allah akan menjanjikan kemenangan kepada kaum mukminin. Bagaimana mungkin bisa menang dalam perperangan yang tidak pernah berhenti ini tanpa memujudkan syarat-syaratnya? Dalam ayat 2-3 disebutkan beberapa syarat tersebut : Rasa takut pada Allah di saat membaca ayat-ayat Al-Quran dan di saat menyebut nama-Nya, tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, mendirikan sholat dan infak fi sabilillah.
Seorang muslim yang terjun kedalam kancah dakwah dituntut untuk memiliki sifat tadhhiyah dengan waktu dan dengan harta. Sedangkan harta adalah sebuah hal tidak bisa dipungkiri untuk membantu kelancaran sebuah dakwah, Bagaimana mungkin dibayangkan sebuah pengorban tanpa mengeluarkan harta di jalan Allah?
Sebab kondisi iman yang menurun, hilangnya rasa takut pada Allah, semakin jauh dari nilai ketaatan adalah karena tidak menjaga nilai-nilai peningkatan keimanan, kurangnya menyebut nama Allah, atau hanya dengan sebutan hambar tanpa memahami setiap nama yang terucap, jarangnya atau telah melupakan rutininatas tilawah Al-Quran, sholat sekedar tunduk sujud yang kosong dari khusyuk, terlalu sayang dengan harta yang dimiliki, kemudian lebih mengutamakan hasil kerja sendiri dari rasa tawakal kepada Allah. Maka bagaimana mungkin layak disebut seorang mukmin yang sesungguhnya?
Membaca Al-Quran dan mentadaburinya adalah mesti menambah keimanan, menguatkan hubungan dengan Allah SWT, dan semakin membuat seorang mukmin untuk selalu melakukan ketaatan. Ketika tilawah tidak dapat memberikan tambahan pada keimanan maka perlu dipertanyakan tilawah Al-Qurannya.
Dalam ayat 5-8 memberikan pelajaran lain yaitu: Menjadikan seorang mukmin senantiasa memuji Allah dan mensyukuri-Nya jika diperintahkan untuk melaksanakan sesuatu ataupun melarangnya dari sesuatu. Karena itu semua sesungguhnya untuk kebaikan manusia jika benar dilaksanakan. Dan Allah telah memerintahkan Rosul-Nya untuk keluar menghadapi orang-orang musyrik. Sesungguhnya dari sebagian muslimin yang berjuang dalam kebenaran yang telah nyata dan jelas bahwa mereka akan menang, sebagian mereka menerima perintah tersebut sedang mereka merasa berat dan tidak menyukainya, mereka seakan benci melaksanakannya, sampai pada tingkatan benci jika digiring pada kematian. Ini sebuah pelajaran yang besar untuk kaum muslimin dalam setiap masa dan tempat, gambaran berat untuk melaksakan perintah Allah, yang seharusnya dilakukan adalah menerima perintah Allah dengan rasa senang dan ridho selagi itu sebuah kewajiban.
Setelah Allah mengulas tentang larangan melarikan diri dari peperangan dan meninggalkan medan dakwah secara umum dan mengingatkan orang beriman untuk senantiasa taat, sehingga tidak menjadi seperti orang munafik yang mendengar padahal mereka tidak mendengar justru berpaling dari apa yang mereka dengar, Allah memerintahkan kepada kaum mukminin untuk memenuhi seruan Allah dan seruan Rosul-Nya. Pada ayat ke-24 di sana Allah menyatakan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُون
Seruan ini adalah seruan kepada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada mereka. Bagaimana mungkin dalam ayat ini dikatakan sebuah kehidupan? Sedangkan mereka diseru kepada jihad yang akhirnya adalah pengorbanan jiwa dan kematian. Sesungguhnya ayat ini memberikan banyak makna yang tersirat dari sekedar makna yang tersurat. Ayat ini sesungguhnya juga menyeruh mereka kepada iman, petunjuk, dakwah, jihad dan segala hal yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan di akhirta. Jika seruan Allah dapat benar-benar dilaksanakan maka adalah sebuah keniscayaan kebahagiaanlah yang akan mereka dapatkan.
Iman bukanlah hanyalah sebatas kata yang terucap, atau sebatas keyakinan yang kosong dari amal. Akan tetapi ia adalah merupakan sebuah amal, sedangkan amal dalam ayat ini adalah menjawab seruan Rosul yang Allah wahyukan kepadanya. Menjawab disini diartikan melaksanakan apa yang datang dari Rosul. Maka inilah sesungguhnya yang menghidupkan manusia. Menghidupkan mereka dalam aqidah mereka dari kesesatan dan kebutaan, yang membuat mereka tahu kemurnian beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rosul, hari Akhir dan qodho serta qodar.
Menghidupkan pemikiran mereka yang benar dari segala keraguan, pemahanan yang sesat. Menghidupkan mereka dalam bermasyarakat, sehingga tegaknya rasa saling memahami, bahu membahu dalam kehidupan. Menghidupkan social politik mereka dengan menjaga hak-hak mereka, kebebasan mereka, dan kemerdekan mereka. Menghidupkan ekonomi mereka yang terlepas dari system pembagian barat dari negara kaya dan negara miskin, sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin bahkan mereka tidak bisa lagi intuk hidup.
Sesungguhnya apa yang diserukan oleh Rosul dan yang diwariskan kepada para dai itu adalah kehidupan yang sebenarnya bagi manusia, yang menghidupkan mereka dari kematian hati mereka dari lalai akan Allah. Menghidupkan akal mereka yang sesat dari jalan yang lurus, menghidupkan mereka dengan aturan dan undang-undang Allah.
Para harokiyun dan tarbawiyun hendaklah menjadikan dalam setiap amal dan perkataan serta pergerakannya benar-benar bersumber dari manhaj Allah SWT, yaitu dari Kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya, karena itulah yang akan mengumpulkan manusia, dan menjauhkan mereka dari perpecahan, dan menghidupkan manusia dengan kehidupan yang mulia di dunia dan akherat.
Ternyata tidak mudah sampai disitu, Seorang dai untuk mewujudkan kehidupan yang bersumber pada manhaj Allah kadang kala ia harus berhadapan dengan dorongan hatinya, yang menggerakan kepada syahwat dan hawa nafsu yang membuatnya lalai dari mengedapankan kemaslahatan dakwah di atas kepentingan pribadi. Sehingga Allah melanjutkan :
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
Itulah sebuah fenomena keinginan hawa nafsu yang menguasai hati. Mudahan Allah menyelamatkan kita dan semua duat yang berjuang di jalan Allah dari hal-hal yang menjauhkan dari tujuan dakwah semula. Dan senantiasa memberikan keikhlasan dalam beramal untuk islam. Terjauh dari fitnah harta dan anak. Senantiasa hanya mengharapkan pahala disisi Allah saja. Amiin
وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar " ( Al-Anfal: 28)
Wallahu a'lam.
Washollahu ala Muhammad wa 'ala alihi washoohbihi wassalam