MAKNA 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL
Oleh : Ifanudin
Seratus tahun yang silam bangsa ini mencoba bangkit dari penjajahan bangsa Belanda yang telah menjajah bumi pertiwi ini selama beberapa abad. Berbagai organisasi ketika itu pun bermunculan sebagai bentuk kebangkitan yang nyata. Organisasi-organisasi itu mempunyai satu tujuan yakni kemerdekaan Indonesia. Tak sampai 40 tahun dari kebangkitan itu, banga ini berhasil memproklamasikan dirinya sebagai Negara yang berdaulat dan merdeka penuh. Dan itu merupakan nikmat dari Allah Swt kepada bangsa ini. Bangsa yang sebagian besarnya adalah muslim.
Namun benarkah kita sudah merdeka, kawan? Sudahkah anda merasakan kemerdekaan itu? Mungkin bagi sebagian orang akan menjawab "ya, kita sudah merdeka." Saya tegaskan kita belum merdeka, kawan. Karena makna kemerdekaan itu belum nyata dalam kehidupan bangsa ini. Ya, bangsa ini hanya terbebas dari penjajah Belanda dan Jepang serta Negara-negara yang pernah menjajah banga ini. Namun coba kita lihat, pengaruh dari penjajahan itu masih melekat pada generasi-generasi bangsa ini. Bangsa ini belum merdeka dalam mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akhirnya berujung pada kesengsaraan rakyat. Bangsa ini masih belum juga berani memanfaatkan sumber daya alamnya sendiri karena terlilit hutang yang begitu besar warisan dari para negarawan sekuler yang mementingkan kepentingan perut mereka masing-masing. Bagi mereka masa menjadi pejabat adalah kesempatan emas untuk memperkaya diri. Wahai para pejabat negeri ini, jabatan yang engkau emban adalah amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Sang Pencipta sekalian alam, Allah Swt. Tidakkah kalian pernah mendengar jeritan rakyat yang kelaparan sedangkan kau makan daging di meja makan?. pernahkah kau mengalami kedinginan sebagai mana orang yang tak punya rumah yang tidur di kolong jembatan dan di depan toko-toko? Tidakkah kau mendengar nyanyian merdu seorang bocah cilik di angkutan umum demi sesuap nasi? Apa yang kau lakukan selama ini? Mungkin kalian bisu, buta , dan tuli sehingga tidak pernah tahu-menahu urusan wong cilik. Saya jadi teringat dan merasa geli ketika mendengar salah satu mantan presiden kita yang mengklaim bahwa partainya adalah partainya wong cilik namun dalam pemerintahannya ia menjual aset Negara yang termasuk aset strategis. Sungguh ironis. Yang dikejar para pejabat sekuler adalah mengeksploitasi bangsa ini demi kepentingan pribadi.
Hari ini banyak kalangan yang menggembar-gemborkan isu 100 tahun kebangkitan nasional. Apa yang telah di dapat bangsa ini dari kebangkitan itu. Kemerdekaan? Kesejahteraan? Keadilan? Kemakmuran? Belum dan sekali lagi belum kawan. Kesejahteraan di negeri ini tidak merata. Masih banyak anak-anak dan orang papa yang terlantar yang seharusnya merupakan kewajiban Negara untuk memelihara mereka dan memberi pendidikan yang layak. Memang tidak bisa dinafikan bahwa bangsa ini pernah bangkit 100 tahun yang lalu. Namun sekarang bangsa ini tertidur kembali. Yang harus kita lakukan adalah membangunkan dan membangkitkan umat Islam yang menguasai mayoritas penduduk bangsa ini. Karena sudah seharusnya sistem Islam diterapkan di Indonesia untuk bangkit dari segala keterpurukan ini. Bagaimana wahai para pejabat dan tokoh sekuler? Kalian tidak bisa membawa bangsa ini maju kecuali jika Islam menjadi landasan bangsa ini dalam hal ketata negaraan dan kebijakan-kebijakan pemerintahnya, bukan yang lainnya.
Kawan, jika 100 tahun yang lalu para tokoh muslim itu bangkit penuh semangat dan teguh untuk memperjuangkan bangsa ini lepas dari penjajahan, maka sudah selayaknya kita pun bangkit dari keterpurukan ini. Mari kita tingkatkan kepekaan sosial kita. Kita adalah generasi muda muslim yang diharapkan akan bisa menghiasi sejarah bangsa ini dengan mutiara-mutiara karya kita. Hidup ini adalah masa untuk selalu berkarya. Mari bangkit dengan memperbanyak karya kita, mari aktif dan jangan pasif. Mari selalu peduli sesama jangan memelihara sikap egois. Kitalah para pahlawan baru yang kelak akan menjadi bagian dari sejarah bangsa ini. Saya mengingatkan diri saya dan seluruh umat Islam bangsa ini agar jangan menjadikan momentum 100 tahun kebangkitan nasional ini hanya sebatas gembar-gembor tanpa arti, hanya sebatas mengenang lalu berlalu tanpa bekas, atau hanya basa-basi politik bagi para politikus sekuler, namun momentum 100 tahun kebangkitan nasional ini kita jadikan sebagai awal dari kebangkitan Indonesia jilid kedua. Kebangkitan Indonesia menjadi bangsa yang disegani, bangsa yang mandiri, bangsa yang cerdas dan tidak ada yang berani mendikte lagi, bangsa yang benar-benar merdeka dalam maknanya yang hakiki. Dan sekali lagi, kitalah sebagai pemuda yang berpeluang besar untuk berperan dalam mencapai tujuan-tujuan yang mulia tadi. mari kita maju dengan semangat Iman dan jihad yang menggelora di dada kita, serukan kebenaran Islam tiada henti. Allahu Akbar !!!