kammilipiakammilipiakammilipiakammilipiakammilipiakammilipiakammilipia
Home » » UJIAN BESAR

UJIAN BESAR

Written By Anonim on Rabu, 04 Juni 2008 | 19.31




UJIAN BESAR


Oleh : Ifanudin



Alhamdulillah ujian akhir semester di LIPIA telah selesai bagi mustawa awwal dan tsani qismul I’dadil lughowy. Ujian yang sebentar namun melelahkan dan membutuhkan konsentrasi yang ekstra. Bahkan teman saya ketika saya masih tinggal di asrama yang disediakan oleh LIPIA benar-benar memanjakan dirinya ketika ujian tiba. Tidak tanggung-tanggung, segala makanan mulai dari makanan ringan, teh, kopi, gula, roti, dan masih banyak lagi. Semua itu ia siapkan untuk menjaga kondisi tubuh selama ujian. Ada lagi teman yang tinggal di luar asrama ketika ujian tiba ia berusaha untuk selalu sarapan pagi, yang mana biasanya ia tidak pernah makan pagi kecuali beberapa gorengan dan air putih. Ya, semua itu karena ada ujian di LIPIA.

Sepetik realita di atas menggambarkan betapa pentingnya sebuah ujian. Masing-masing individu menyiapkan dirinya agar selalu sehat dan semangat untuk mengikuti ujian agar mencapai hasil terbaik di kemudian hari. Begitulah tabiat manusia ketika ujian itu datang. Namun kebanyakan manusia akan kehilangan tabiat ini ketika ujian yang lebih besar mampir dalam sejarahnya. Ujian itu menghampirinya setiap saat, hadir dalam setiap hembusan nafasnya, bergerak selaras dengan gerak tubuhnya, dan masuk ke dalam bilik-bilik mimpinya.

Tak banyak manusia yang menyadari ujian yang lebih besar dari sekedar ujian semester di sekolah, atau pun di kampus. Padahal ujian itu jelas dan nyata bagi orang-orang yang mau melihatnya dengan mata hati tenang dan teduh. Kesadaran diri akan adanya ujian yang besar ini merupakan kunci sukses dunia akhirat, insya Allah. Mereka tak menyadari ujian ini dikarenakan asyik menyibukan diri dengan permainan dunia yang tidak akan pernah ada habisnya menggoda hawa nafsu. Akibat ketidak sadaran akan ujian yang besar ini, banyak dari mereka yang berkata pada hari kiamat kelak dengan kata-kata penyesalan. Allah Swt. berfirman :

(ويقول الكافر يليتني كنت ترابا (النبأ-40.........)

".....dan orang yang kafir (pada hari kiamat) berkata : ‘aduhai seandainya aku menjadi tanah"(QS: An-Naba’ : 40).

Orang-orang yang akan lulus dan mendapat nilai yang terbaik pada ujian besar ini adalah mereka yang beriman kepada Allah dan menyiapkan diri untuk hari akhir yang tiada lagi berguna harta benda maupun keluarga. Orang-orang yang akan lulus inilah termasuk orang-orang yang cerdas. Cerdas karena mereka mampu menerawang jauh ke masa depan, tidak berpikir pragmatis. Merekalah para muslim visioner yang mepersiapkan masa depannya dengan baik. Dan jumlah mereka mungkin sangat sedikit di zaman yang serba menduniakan segala tujuan sekarang ini.

Lalu apakah ujian yang besar itu ? ujian yang besar namun terlihat kecil bahkan tak terlihat sama sekali oleh kebanyakan orang. Ujian itu adalah HIDUP ini. Terkadang kita menjalani hidup sekedarnya saja. Ada sebagian orang yang berkata : "ya kita jalani hidup ini bagaikan alir yang mengalir saja, tidak usah susah payah." Kata-kata inilah yang membuat hidup tak menentu arah karena membiarkan hidup begitu saja tanpa usaha yang nyata. Hidup ini adalah amanah yang berarti pula harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Hidup ini adalah nikmat yang berarti harus disyukuri dengan mengingat Allah Swt. Hidup ini dalah ujian yang berarti harus dipersiapkan sebaik mungkin agar kita lulus dari ujian ini.

Hidup ini adalah rentetan umur yang Allah berikan kepada kita sejak terlahir di dunia hingga hembusan nafas terakhir kita. Umur inilah yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt. oleh masing-masing individu. Bersyukurlah mereka yang berhasil mempertanggung jawabkan umurnya dengan baik. Dan ada satu fase umur yang sangat diperhatikan dan dikhususkan oleh Allah Swt. untuk dipertanggung jawabkan kelak hari kiamat. Fase umur itu adalah masa muda.

Mengapa masa muda ini yang dikhususkan ? mungkin masa ini adalah masa keemasan bagi setiap orang. Pada masa ini, seorang pemuda bisa melakukan perbuatan apapun tanpa sepengetahuan orang tua. Pada masa ini puncak kekuatan seseorang berada. Adanya puncak kekuatan inilah yang menjadi inti ujian bagi setiap pemuda. Dengan kekuatan itu mereka para pemuda bisa membangkitkan sebuah peradaban besar. Hal ini telah dibuktikan oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw. dan para shalihin setelah mereka yang masih muda. Sebagai contoh Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usianya yang kedua puluh tiga dan sekaligus menjadi pemimpin perang terbaik yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad yang akan datang kemudian. Namun tak jarang dengan puncak kekuatan itu pula seorang pemuda akan menghancurkan sebuah peradaban besar.

Jika kita menilik sesaat pada realita saat ini, maka akan didapati banyak pemuda yang secara perlahan namun pasti akan menghancurkan sebuah bangsa, dan menghambat sebuah kebangkitan sebuah peradaban agung. Sebut saja negeri kita Indonesia yang notabene mayoritas muslim yang terbesar di dunia, soal pornografi mendapat rangking tiga besar di dunia, soal korupsi tak ada lagi lawannya, soal pemuda yang merokok mendapat rangking satu di dunia. Inilah akibat dari ketidak pahaman mereka akan adanya ujian besar ini. Padahal Allah Swt. menjadikan hidup dan mati ini sebagai ujian untuk melihat siapa di antara kita yang terbaik perbuatannya. Allah Swt. berfirman :


(الذي خلق الموت و الحيوة ليبلوكم أيكم أحسن عملا..... (الملك : 2)

"Allah Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian siapa di antara kalian yang terbaik amal perbuatannya........."(QS. Al-Mulk : 2)

Inilah kunci kesuksesan itu, yaitu kesadran diri akan adanya ujian yang lebih besar dari sekedar ujian semester. Namun kesadaran saja tidak cukup jika tidak menghasilkan realita yang selaras dengan makna kesadaran tersebut. Ujian ini akan selalu mengiringi kita karena ia adalah bagian dari kita. Ujian ini akan mengalir bersama hembusan nafas dan masuk ke dalam pori-pori darah karena ia adalah umur kita. Ujian ini akan berakhir seiring dengan hembusan nafas terakhir kita. Semoga Allah Swt. menjadikan kita sadar akan ujian hidup ini dengan kesadaran yang bisa membawa kita pada hasil yang terbaik di kemudian hari. Wallahu a’lam bishawab.

Jakarta, 4 Juni 2008
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. KAMMI LIPIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger